Seperti kebanyakan anak kuliahan lainnya, hari wisuda adalah
hari kebahagiaan sekaligus awal dari kebingungan. Sekarang status telah
berganti dari “Maha siswa” menjadi “ tanpa status”
Sebagaimana hubungan tanpa status lainnya, predikat tanpa
status juga bikin galau. Paling galau kalau naik bus, mau bayar murah bilang
mahasiwa kok boong. Mau bilang pegawai kok bo’ong, mau bilang pengangguran malu
pada semut merah. Jadi, terpaksalah dengan mengorbankan segala idealisme dan
mengingat dompet di kantong masih terucap juga “ mahasiswa” pada kenek yang
menatap sangsi. Mungkin pikirannya “ ni anak kuliah lama banget”
Untung tampang masih unyu-unyu. Masa kegalauan menjadi
mantan mahasiswa tanpa status membuat saya jadi membabi buta mengejar koran.
Bagian yang dicari tentu kolom “lowongan pekerjaan”. Awal-awal cari yang iklan
paling gede, kalau iklan gede biasanya perusahaannya gede juga, ini menurut
saya. Pernah juga berdasarkan saran teman untuk masukkan lamaran ke
perusahaan-perusahaan. Jadilah saya dengan pakaian sok rapih, lengkap dengan
map coklat keliling dari satu bank ke bank lainnya, dari satu perusahaan ke
perusahaan lainnya. Dibawah terik matahari, pakai kemeja keliling perusahaan
menemui satpam buat saya jadi teringat lagu iwan fals “ Engkau sarjana muda...”
ah sudahlah. Ga tega saya meneruskannya.
Suatu saat ada kabar lowongan kerja di sebuah bank swasta.
Langsung walk in terview. Wow..tanpa persiapan. Tidak punya blazer, lipstik,
sepatu kaca dan perangkatnya. Berangkatlah seadanya, dan wow ternyata itulah
awal penolakan. Kalau walk in terview itu artinya yang pertama kali dinilai
adalah penampilan. Bahkan lucunya, ada tes berjalan sambil memegang tas. Gagal
lah perjuangan cinderella yang belum sempat berganti baju putri ini. Lipstik
kurang merona ditambah wajah yang kusam plus sepatu yang kentara sekali
pinjamannya. “ Skill bisa diolah, tapi kalau penampilan itu yang susah” kata
seorang interviewer. Patah hati, rasanya sama seperti cinta yang 12 tahun
menanti rangga. “Ga move on” untuk berapa lama.
Kabar burung datang lagi, kali ini yang datang adalah
merpati. Jadi tak pernah ingkar janji. Ups...kabar ada lowongan lagi di Bank.
Semangat dong. Kali ini serius persiapannya. Beli blazer baru di pasar, lipstik
plus bedak satu paket. Persis seperti hantaran mau nikah. Hari “H” walk
interview sudah cantik bagai cinderella yang sudah disulap peri. Aneka gaya
tekhnik wawancara dari buku plus google diterapkan. Duduk lurus tanpa
membungkuk, senyum ramah plus jawaban penuh dedikasi. Tes berlanjut sampai tes
akhir, dan lulus. Yipiee...akhirnya manusia tanpa status ini berganti predikat
menjadi pegawai “ Outsourcing”. Saat
itu ga tau apa bedanya pegawai outsourcing
dan pegawai reguler. Sudahlah, apapun itu yang penting judulnya pegawai.
Training satu bulan di jakarte. Buat diri makin melayang-layang. Seragam putih
hitam, plus materi yang harus dilafalkan setiap pagi . “Selamat pagi, ada yang
bisa dibantu” dan “ Terimakasih, selamat datang kembali” menjadi jurus
pamungkas yang harus dilafalkan seindah mungkin.
Finally, dunia kerja. Ya, saya bekerja. Pakaian masih blazer
seadanya, belum punya seragam makin membuat terasa berbeda. Untung, dalam satu
kantor ada beberapa anak baru yang juga satu angkatan. Jadi rasa grogi yang
dihadapi bersama itu akan hilang dengan sendirinya. Suasana kerja menyenangkan,
teman-teman mau menerima dengan baik. Namun, dengan status pegawai “Outsourcing”
tetap terasa ada jurang perbedaan. Seperti kasta brahmana dan sudra di film
mahabharata. Paling kentara kalau pas terima bonus. Kasta sudra harus tersenyum
sambil bekerja dan kasta brahmana bekerja sambil tersenyum. Kalau saja saat itu
Cita citaka sudah terkenal, mungkin lagu “ sakitnya tuh disini” bakalan sering
berkumandang. Dan, status kontrak yang di perpanjang setahun sekali buat hati
makin dag dig dug. Duh, kuliah tinggi-tinggi, cum laude pula masa sih Cuma dikontrak setahun-setahun. Bulatlah
tekat mau bilang “i’m quit” pakai gaya krisdayanti di iklan shampo yang saat
itu sedang tenar.
Ya, keputusan bulat untuk keluar itu juga dilandasi karena
ada 2 lowongan pekerjaan yang terlewat karena saya sibuk bekerja. Pertama, Saya
ga tahu tes pertama BPK lulus. Dan yang menyakitkan, saya gagal karena saya ga
ihat pengumuman di internet kalau saya lulus, sehingga tidak hadir di tes
kedua. Ini cerita sakit yang pertama. Cerita yang kedua, saat saya melewatkan
panggilan tes di sebuah perusahaan Bio Energy. Dan denger cerita dari teman
yang diterima, gajinya hampir 5 keatas. Wow..sakit lagi disini. Sudahlah,
akhirnya saya bulatkan tekad untuk resign. Disini saya ga ada kejelasan status,
sedangkan untuk mendaftar kerja ketempat lain hampir tidak punya waktu.
Akhirnya resmi lagi menjadi “Manusia tanpa status kedua”
kali ini saya fokus mau mencari pekerjaan menjadi Pegawai Negeri Sipil. Atau
skenario paling buruk kalau ga ada yang mau terima saya kerja, saya mau kuliah
lagi. Ya, paling tidak status Mahasiswanya bisa diperpanjang. Kali ini fokus
browsing di Internet. Ada bukaan tes di Kementerian Keuangan. Bulatlah tekad
mengadu nasib ke Palembang. Satu rombongan dengan teman-teman yang punya
cita-cita sama. Berangkat naik travel, lalu menumpang minap di rumah teman.
Saatnya tes tertulis. Wow, pesertanya luber. Ga yakin banget bakalan bisa
lulus. Pulanglah kami sambil menanti kabar yang tak pasti.Dan akhirnya, penantian
itu berakhir. Kali ini ga mau kecolongan. Pas buka internet, seperti dapet
undian sabun cuci rasanya ingin jingkrak-jingkrak lihat nama muncul di
internet. Saat itu mendekati lebaran. Tinggal persiapan tes kedua, psikotest.
Mungkin inilah yang namanya takabur, karena merasa ga belajar di tes pertama
maka di tes kedua pun saya santai saja. Dan, finally...entah webnya yang salah
atau memang saya yang salah jawab. Nama saya tidak tertera disana.
Hiks...pengangguran masih berlanjut.
Browsing lagi, saat itu hobi banget keluar masuk warnet. Saat
itu laptop plus modem masih langka. Kerjaan, nongrongin mbah google dengan key
words “ lowongan CPNS 2008” . Every single day, hiks. Beberapa kementerian saya
ikutin, mulai dari kementan, BPN dan yang terakhir saat itu namanya Departemen
Kehutanan. Kali ini saya ga mau kecolongan. Ga ada makan siang gratis, karena
itu saya harus serius berusaha. Saat tes ujian di departemen kehutanan saya
fokus sekali isi jawabannya. Saat pulang tes, seperti film india. Kehujanan,
basah kuyup sekuyup-kuyupnya. Teringat lagi lagu sarjana muda. Aah..tapi saya
berfikir kalau efeknya dramatis dan susah begini biasanya sukses nih. Sampai,
tibalah suatu malam ada teman sms “Selamet ya dah jadi PNS”. Wow...masa sih. Langsung
bela -belain buka internet malem-malem. Dan benar, ada nama saya yang imut
disana. Yes....senengnya. Dan di baca lagi, untuk penempatan “ Bengkulu” duduk
terdiam sebentar. Ah...biarlah, yang penting dapet kerja J
Bersambung : Petualangan di Bengkulu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar