Hari ini saya syock membaca berita tentang kakak laki-laki
yang berkelahi dengan adik laki-lakinya hinga si adik meninggal dunia. Lau,
saya berpikir bagaimana perasaan ibunya. Dua kebanggaanya harus pergi. Yang
satu selamanya yang lainnya ke penjara. Siapa yang hendak disalahkan?
Saya begitu sedih, karena semenjak jadi ibu saya menjadi
lebih sensitif. Saya lebih peka dan ingin tahu. Karena setiap kejadian itu
bukan untuk diperbincangkan tapi dijadikan pelajaran. Apa yang salah dari semuanya.
Maka, saya tidak hendak menghakimi mereka yang sedang berduka.
Saya juga menangis, melihat orang tua pelaku dalam kasus
video SMPN 4 Jakarta menangis tersedu-sedu. Ya, saya ikut merasakan hancurnya
perasaan mereka. Lalu kasus tawuran yang kian marak. Pembunuhan oleh mahasiswa
karena cemburu. Maka yang ada dalam pikiran saya, bagaimana perasaan orang
tuanya. Bagaimana pola didik mereka. Maka, saya pun tidak sedang menghakimi
bahwa orang tua mereka salah. Karena saya tidak tahu dan tidak kenal dengan
mereka. Dan tentu saja, belum tentu pola didik mereka salah.
Saya hanya mencari dan mencari, bagaimana cara terbaik
mendidik anak saya. Bagaimana kalau
kelak anak saya punya adik, lalu adik, dan adik lagi. Bagaimana saya bisa
memproteksinya dari pengaruh buruk lingkungan, televisi, internet yang kian
lama kian dekat. Bahkan pengaruh buruk lingkungan luar itu bisa masuk kekamar
anak saya tanpa proteksi. Lewat handphone-handphone canggih dan entah teknologi
apa lagi sepuluh tahun ke depan.
Mungkin, kalau anak saya beranjak dewasa nanti saya akan
jadi ibu yang “kepo” kata anak-anak zaman sekarang. Saya akan belajar lebih
canggih, kalau perlu saya sadap handphonenya. Saya cek tas bawaannya,
teman-temannya, jadwal hariannya. Tentu tidak dengan cara yang menyebalkan,
tapi pakai gaya spionase J
Saya akan jadi mata-mata cantik untuk si buah hati.
Semoga semakin anak saya dewasa, saya juga bisa menjadi ibu
yang kian dewasa. Semakin tahu tentang agama sehingga bisa mengajarkan anak
saya lebih. Semakin menjadi teladan yang baik untuk kedua buah hati saya. Bisa
memastikan hanya memberi yang terbaik untuk rezeki mereka. Saya berdoa, bukan
agar saya dikarunia anak-anak yang baik dan soleh. Tapi semogakami bisa menjadi
orang tua yang soleh yang pantas dicintai dan ditauladani oleh anak-anaknya.
Dan sesudahnya, semua diluar batas kemampuan saya sebagai
manusia. Saya hanya bisa berdoa, Semoga Allah jaga anak-anak saya. Semoga Allah
mencerdaskan akal mereka, memperbagus akhlak mereka, bukan untuk kami tapi
untuk diri mereka sendiri. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar