Waktu kecil saya pernah bermimpi halaman belakang rumah saya
adalah pantai yang luas. Dari balik jendela saya bisa menatap debur ombak. Setiap
saat saya bisa berlarian di pinggir pantai. Merasakan panasnya pasir menari-nari di kaki telanjang saya. Mendengar
debur ombak. Menyentuh percikan riak air yang perlahan menghampiri lalu pergi
lagi. Kemudian, dengan gagahnya menulis besar-besar nama di pasir pantai. Yang
perlahan, hilang terbawa ombak.
Kampung Nelayan Bengkulu
Lalu saya membayangkan bisa melihat langsung matahari yang
tenggelam dalam lautan. Warnanya yang menjingga lalu perlahan menggelap.
Diselingi debur ombak dan angin pantai yang kian malam kian kencang. Diiringi
lampu taman, duduk dan menekuri kebesaran Tuhan.
Sunset di Kampung Nelayan Bengkulu
Ya..khayalan yang terus menari-nari liar dalam otak kanak-kanak saya. Tak pernah terbayangkan,
bagaimana terwujud. Pada kenyataannya, halaman belakang rumah saya adalah
kandang bebek. Kalau iseng sedikit, naik pagar maka yang terlihat sampai jauh
adalah sawah-sawah. Yang terkadang berganti warna. Menghijau lembut saat mulai
ditanam, kuning keemasan mendekati masa panen, dan tandus kering kerontang saat
masa panen.
Maka khayalan saya tentang berlarian diombak pasir,
kenyataannya adalah berbecek ria mencari keong mas untuk pakan tambahan bebek
peliharaan ibu. Dan debur ombak yang pada nyatanya adalah suara bebek yang
berbaris rapi kala sore mereka pulang ke kandang.
Maka sunset nyata saya waktu kecil adalah melihat matahari
tenggelam dipinggiran sawah yang seperti tak berujung. Kuning jingga lalu
menggelap. Diselingi angin kencang dan suara-suara burung yang entah keluar
atau kembali kekandangnya.
Maka Impian saya adalah seperti mimpi semu kanak-kanak yang
terlihat tak mungkin. Saya seperti termenung, bagaimana sebuah impian yang
hanya sekadar khayalan. Tak pernah lugas terucapkan bisa menjadi kenyataan.
Ya..sekarang sepanjang halaman belakang rumah saya adalah
Pantai. Pantai yang konon katanya tak terputus dari lampung sampai ujung
sumatera. Maka khayalan saya seperti menjadi kenyataan. Saya bisa bolak-balik
ke pantai semudah saya pergi ke sawah dulu. Maka sunset saya benar-benar
melihat matahari tenggelam dalam lautan. Maka debur ombak itu terdengar nyata.
Kapal-kapal yang berlabuh, percikan air, pasir pantai yang menari-nari, semua
menjadi nyata.
Maka, Saya Tidak takut lagi untuk bermimpi. Bahkan untuk mimpi yang lebih BESAR !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar